Klarifikasi aksi damai buruh yang disampaikan Kapolrestro Bekasi, Kombes Pol Hendra Gunawan bersama perwakilan buruh Kota/Kab Bekasi, di Mapolres Metro Bekasi, Sabtu (10/10/2020) |
Cikarang, Bekasi, SUARATOPAN - Kegiatan aksi damai buruh dari beberapa serikat pekerja, mulai dari tanggal 5 hingga 8 Oktober 2020 yang terjadi di Kabupaten Bekasi menjadi rusuh hingga mengalami kerugian materil dan korban luka.
Kapolres Metro Bekasi, Kombes Pol Hendra Gunawan mengungkapkan, pihaknya menduga aksi buruh damai dalam menyampaikan aspirasi penolakan undang-undang Cipta Kerja itu, berlangsung damai dan hanya ada oknum yang menungganginya, sehingga terjadi rusuh dan bentrokan antara pelajar dengan petugas kepolisian.
"Pada dasarnya, kami (polisi) apresiasi kepada serikat maupun federasi buruh yang telah bekerja sama (koordinasi- red) sebelum melakukan aksinya, memang kita telah sepakati kerjasama dan kolaborasi tersebut. Namun disini kami menduga ada oknum yang menunggangi aksi tersebut, sehingga terjadi kerusuhan," ungkap Hendra kepada wartawan saat menggelar Press Konference di Loby Mapolres Metro Bekasi, Sabtu (10/10/2020).
"Kami tegaskan, unjuk rasa (aksi) yang dilakukan Buruh dan Mahasiswa ini, adalah aksi-aksi yang demokratis dan damai, hanya saja ada orang-orang yang menunggangi yang ingin aksi damai ini menjadi aksi rusuh," ungkapnya lagi.
Namun, atas kerjasama yang baik tersebut, jelas Hendra akhirnya terlaksana dengan baik. Sebab dari awal pihaknya telah melakukan koordinasi/kerjasama, agar aksi penyampaian aspirasi dilakukan secara damai.
"Konsep kami (Polri dan TNI) kita memberikan pelayanan, pengawalan dan pengamanan aksi ini, agar aksi dalam penyampaian aspirasi berjalan dengan baik dan damai, namun adapun yang membuat kerusuhan, diduga ada penyusup yang menunggangi aksi dan merusak hingga bentrok dan melukai petugas," ujarnya.
Sehingga, lanjut Hendra, pihaknya sedang mencari tau siapa dalang atau pembuat kerusuhan dan bahkan pengrusakan tersebut dalam kurun waktu telah berjalan selama 3 hari lalu. Dan yang merusak aksi tersebut pihaknya telah mengamankan kurang lebih 320 pemuda/pelajar, yang rencananya akan menuju Jakarta.
"Selain itu juga, malam harinya kita berhasil mengamankan kembali kurang lebih 50 pemuda, dan saat dimintai keterangan mereka mengakui telah berbuat bentrokan hingga melempari batu kepada kita dan ikut dalam bentrokan," sambungnya.
Sehingga, jelasnya dalam pemberian sanksi pun, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pihak Balai Pemasarakatan (Bapas) yang melaksanakan bimbingan kemasyarakatan anak, untuk mengetahui bagaimana sistem pemberian sanksi hukum terhadap anak tersebut.
Kemudian, pada kesempatan yang sama, disampaikan Sukamto dari perwakilan serikat buruh FSPMI Kota/Kab Bekasi, bahwa apresiasi juga kepada Jajaran Polres Metro Bekasi yang telah mengawal dan pengamanannya mulai Senin hingga Kamis dalam aksinya.
"Kami merasa koperatif, tidak ada benturan dengan pihak kepolisian maupun TNI, kami berkumpul di rumah buruh dengan pengwalan hingga sore pun tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Intinya kami telah dikawal dengan baik, hingga tidak terjadi aksi ke Jakarta," ungkapnya.
Lebih lanjut kata dia, mengenai tragedi terbakarnya mobil komando (mokom) di warung bongkok milik buruh merupakan insiden konsleting listrik, akibat panas dan terus menerus selama beberapahari digunakan.
"Kita gunakan mokom kan biasanya jarang-jarang, tapi ini kemarin kita pake 5 hari berturut-turut, sehingga panas dan terjadi konsleting dan terbakar," jelasnya.
Dijelaskannya juga, mengenai keterkaitan aksi menentang Omnibus Law, masih akan dilakukan dengan ketentuan pemberitahuan kepada pihak-pihak terkait. Adapun ada orang yang menunggangi aksi tersebut pihaknya meminta pihak kepolisian untuk mengusutnya.
"Kedepan kami intruksi dari DPP bahwa, tidak ada aksi anarkis dan akan disampaikan dengan damai, sekali lagi dalam surat jelas tidak boleh anarkis," tegasnya mengakhiri. (YH).